Selasa, 19 Juli 2011

Bertahan Hidup Menjadi Pengembala Paroh di BKT Marunda


MARUNDA- Sutiyah, sosok ibu tua renta yang berusia 60 tahun ini tetap semangat untuk bekerja untuk bisa terus bertahan menghadapi roda kehidupannya. Bekerja sebagai pengembala kambing dengan sistem Marop atau bagi hasil dengan pemilik kambing itulah yang dikerjakan sehari-hari. Meski bekerja tanpa diberikan upah namun menunggu hasil gembalanya melahirkan anak iapun tetap semangat menjalani pekerjaanya. Menjadi pengembala Maro memang perlu kesabaran dan butuh waktu untuk bisa mendapatkan keuntungan. Dengan mengembala 4 pasang hewan kambing ini dirinya berharap bisa menghasilkan anak yang nantinya di bagi dua dengan pemiliknya (maro).

"Jadi satu pasangan kambing, jika beranak nanti di bagi dua dengan pemiliknya, namun untuk menjaga dan merawatnya resiko kami" ujar Sutiyah.

Sepanjang hidupnya selama 15 tahun mengembalakan kambing sistem paro ini baru ia dapatkan keuntungan 7 ekor kambing dan semuanya sudah dijual untuk kebutuhan hidupnya. Bahkan pengalaman pahit yang ia rasakan pada tahun 2003 lalu, ketika kambing yang digembalakan sebanyak 10 ekor hilang semua dan ia harus menanggung resiko tidak mendapatkan hasil apa-apa. Biasanya nasib baik tiba, saat lebaran haji datang, kala itu banyak orang mencari ternak untuk dijadikan hewan kurban.


Ibu yang tinggal 15 tahun tercatat sebagai warga  RT 1/3 Marunda, Cilincing. Ia ngiri banyak tetangganya punya jaminan sosial dan usaha kecil. Harapannya pemerintah memperhatikan nasib dirinya diantaranya jaminan kesehatan ataupun lainnya.Sementara itu, Mukri 62  sang suami hanya bekerja sebagai buruh serabutan diantaranya membantu membajak sawah atau menguras tambak jika diperlukan. Bekerja sebagai buruh serabutan terkadang dapat hasil atau sebaliknya tidak dapat apa-apa jika tak ada kerjaan.

Sutiyah merupakan salah satu sosok warga yang termasuk kategori miskin diantara warga lainnya. Dengan adanya berbagai program Pemerintah DKI Jakarta berharap instansi terkait mau memperhatikannya.  Banyak nasib serupa meski berbeda profesi yang menunggu janji pemerintah mementaskan masalah kemiskinan.

Sementara itu, Mangara Pardede Wakil Walikota meminta kepada para Camat dan lurah untuk memperhatikan masalah kemiskinan warganya lalu mendatanya kemudian dicarikan solusi untuk diambil tindakan mengatasinya. Hal inilah disampaikan disela-sela rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di Jakarta Utara, di Ruang Fathahillah Lantai 2 Kantor Walikota. (Bian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar