Rabu, 20 Juli 2011

Lampu Jalan Logistik Padam, Rawan Kecelakaan

TUGU SELATAN- Belasan lampu di jalan Logistik ( Dari Simpang Lima Semper- Stadion Tugu) padam kurang lebih  3 bulan. Akibat padamnya lampu jalan ini pengendara yang melintas kawasan itu ekstra hati-hati karena rawan kecelakaan. Terlebih akses jalan tersebut banyak dilalui kendaraan truk kontainer.

"Sudah tiga bulan ini lampu jalan tak menyala, kami minta instansi terkait segera memperbaikinya" ujar Imron 34, warga RW 4 Tugu Selatan, Koja Jakarta Utara.

Begitupun disampaikan Yudi 40, pemilik bengkel motor di kawasan itu. Padamnya lampu jalan ini sangat rawan kecelakaan buat pengguna sepeda motor terutama pada malam hari. Ia berharap pihak PJU Jakarta Utara segera menghidupkannya kembali.Lurah Tugu Selatan, M Rispar menjelaskan, pihaknya sudah menyampaikan usulan dan keluhan warganya soal lampu padam di jalan logisitik. ia berharap pihak instansi terkait segera melakukan perbaikan. (Bian)

Lubang Galian PAM Amblas, Truk Tangki Terperosok

SEMPER BARAT-Truk pengangkut air bersih terperosok di lubang galian milik PT Aetra di Jalan Tipar Cakung, Semper Barat, Cilincing Jakarta Utara. Selama dua jam truk tersebut sulit untuk keluar dari lubang, akibatnya jalan di kawasan itu menjadi macet total. Kemacetan diperparah oleh Metromini T4i Jurusan Tg Priok-Pulogadung patah As disamping truk pengangkut air, praktis dua jalur jalan tertutup dan tak bisa dialalui kendaraan.

"Gara-gara lubang galian milik PT Aetra mas! yang habis membongkar hanya ditutup pakai tanah lumpur bukan diaspal kembali" ujar Herman 38, warga Jalan Tipar Cakung, Cilincing Jakarta Utara. Hal senada disampaikan Umar 38, pengendara sepeda motor yang terjebak macet di jalan tersebut, ia meminta kepada pihak instansi terkait untuk melakukan perbaikan jalan yang ditambal dengan tanah liat itu. Sebab kalau dibiarkan akan membahayakan pengguna jalan.

Meski beberapa petugas kepolisian berusaha untuk mengangkat truk yang terperosok ini dengan mobil derek,namun setelah air yang ada didalam truk tangki dibuang barulah kendaraan bisa terangkat.

"Dengan mobil derekpun tak bisa terangkat, barulah air yang didalam truk tangki dibuang, truk itu bisa diangkat dengan mobil derek" ujar Bripka Sutikno petugas Lalulintas Polsek Cilincing. Kedua kendaraan truk tangki air bersih dan metromini kemudian diamankan petugas barulah kondisi lalulintas kembali lancar. Baik petugas dan masyarakat sekitar meminta kepada pihak instansi terkait agar jalan Tipar Cakung yang beberapa waktu lalu digali untuk pemasangan pipa air bersih ini diperbaiki seperti semula. Karena banyak lubang-lubang galian di jalan itu hanya ditutup dengan lumpur dan tanah yang sewaktu-waktu bisa mencelakaan kendaraan. (Bian)

Selasa, 19 Juli 2011

Putus Sekolah ! Belasan Bocah Jadi Kernet Angkot

TANJUNG PRIOK- Jika anda menumpang angkutan Metromini T 41 Jurusan Tg Priok- Pulo Gadung pada jam sibuk seperti pagi dan sore hari maka akan menemukan bocah yang berprofesi sebagai kernet. Sambil berteriak memanggil penumpang dan turun naik angkot sambil berlarian tanpa memikirkan keselamatannya.

Ardi 10, bocah yang menjadi kernet T41 menjelaskan,menjadi kernet lantaran sudah bersekolah karena ketidakmampuan ekonomi orangtuanya. "Bapakku sama ibu kerja jadi pemulung mas! dulu sekolah sampai kelas 3 SD, sekarang sudah engga lagi" tuturnya.

Sama halnya dengan Yudi bocah usia 11 tahun ini. Bersama rekan-rekannya ia setiap pagi menunggu diterminal Tanjung Priok. Tujuannya supaya diajak sopir angkot untuk membantu menjadi kernet. "Lumayan pak! biasanya kami dikasih uang Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu" tuturnya. Baginya pekerjaan ini dilakukan lantaran orangtuanya sudah tak sanggup membiayai kebutuhan sekolahnya.

Hotman 48, sopir Metromini T41 Jurusan Tg Priok-Pulo Gadung menjelaskan, mereka anak-anak ini meminta agar bisa menjadi kernet. Lagipula kalau anak-anak yang membantu bekerjanya jujur dan mereka menerima yang sopir berikan. "Kalau anak-anak seperti ini dikasih uang berapa saja menerima, kalau kenek dewasa terkadang banyak pengeluarannya" ujarnya.

Samsul Nirwan Kasie Penertiban Sudinhub Jakarta Utara menegaskan kepada awak sopir angkutan umum tidak menggunakan jasa anak-anak untuk dipekerjakan menjadi kernet. "kami akan melakukan penertiban jika ada awak sopir diketemukan menggunakan anak-anak menjadi kernet" tuturnya. (
 Bian)

Bertahan Hidup Menjadi Pengembala Paroh di BKT Marunda


MARUNDA- Sutiyah, sosok ibu tua renta yang berusia 60 tahun ini tetap semangat untuk bekerja untuk bisa terus bertahan menghadapi roda kehidupannya. Bekerja sebagai pengembala kambing dengan sistem Marop atau bagi hasil dengan pemilik kambing itulah yang dikerjakan sehari-hari. Meski bekerja tanpa diberikan upah namun menunggu hasil gembalanya melahirkan anak iapun tetap semangat menjalani pekerjaanya. Menjadi pengembala Maro memang perlu kesabaran dan butuh waktu untuk bisa mendapatkan keuntungan. Dengan mengembala 4 pasang hewan kambing ini dirinya berharap bisa menghasilkan anak yang nantinya di bagi dua dengan pemiliknya (maro).

"Jadi satu pasangan kambing, jika beranak nanti di bagi dua dengan pemiliknya, namun untuk menjaga dan merawatnya resiko kami" ujar Sutiyah.

Sepanjang hidupnya selama 15 tahun mengembalakan kambing sistem paro ini baru ia dapatkan keuntungan 7 ekor kambing dan semuanya sudah dijual untuk kebutuhan hidupnya. Bahkan pengalaman pahit yang ia rasakan pada tahun 2003 lalu, ketika kambing yang digembalakan sebanyak 10 ekor hilang semua dan ia harus menanggung resiko tidak mendapatkan hasil apa-apa. Biasanya nasib baik tiba, saat lebaran haji datang, kala itu banyak orang mencari ternak untuk dijadikan hewan kurban.


Ibu yang tinggal 15 tahun tercatat sebagai warga  RT 1/3 Marunda, Cilincing. Ia ngiri banyak tetangganya punya jaminan sosial dan usaha kecil. Harapannya pemerintah memperhatikan nasib dirinya diantaranya jaminan kesehatan ataupun lainnya.Sementara itu, Mukri 62  sang suami hanya bekerja sebagai buruh serabutan diantaranya membantu membajak sawah atau menguras tambak jika diperlukan. Bekerja sebagai buruh serabutan terkadang dapat hasil atau sebaliknya tidak dapat apa-apa jika tak ada kerjaan.

Sutiyah merupakan salah satu sosok warga yang termasuk kategori miskin diantara warga lainnya. Dengan adanya berbagai program Pemerintah DKI Jakarta berharap instansi terkait mau memperhatikannya.  Banyak nasib serupa meski berbeda profesi yang menunggu janji pemerintah mementaskan masalah kemiskinan.

Sementara itu, Mangara Pardede Wakil Walikota meminta kepada para Camat dan lurah untuk memperhatikan masalah kemiskinan warganya lalu mendatanya kemudian dicarikan solusi untuk diambil tindakan mengatasinya. Hal inilah disampaikan disela-sela rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di Jakarta Utara, di Ruang Fathahillah Lantai 2 Kantor Walikota. (Bian)

Senin, 18 Juli 2011

Angkot Ngetem di Sepanjang Jalan Tipar Cakung Meresahkan!

SEMPER BARAT- Angkot mangkal di sembarang tempat,bahkan tak segan-segan mereka melanggar rambu larangan parkir atau berhenti lepas dari pantauan petugas. Akibat ulahnya ini setiap pagi dan sore hari di jalan tersebut jadi semerawut. Warga meminta petugas melakukan penindakan sebagai efek jera.

"Setiap pagi macet terus! terutama angkot yang mangkal di rambu larangan. Sebaiknya ditindak agar tak mengulangi perbuatannya merugikan pengguna jalan" tutur Irma 36 warga Jalan Tipar Cakung,Semper Barat.Selain mangkal disembarang tempat,angkot-angkot itu kerap melakukan pemotongan rute yang merugikan penumpangnya. Sebab si penumpang harus mengeluarkan ongkos dua kali lipat. "mereka bukan cari penumpang tapi kejar setoran. Kami yang menumpang jadi cemas karena sering kebut-kebutan lalu menurunkan penumpang seenaknya"  sahutnya.

Ulah awak sopir angkot seperti KWK 03 Jurusan Cakung- Tanjung Priok dan Metromini T41 Jurusan Tg Priok-Pulo Gadung  yang melakukan potong rute atau ngetem disembarang tempat hingga menimbulkan kemacetan dan kesemerawutan dilakukan pada jam sibuk seperti pagi antara pukul 06.30 pagi sampai 08.00 wib begitupun sore hari.

Angkot ngetem di jalur rambu larangan terlihat di Perempatan Yon Ang Air, Perempatan Kampung Kandang, Gang Sengon dan Simpang Lima Semper. (bian)

Halte Jalan Cacing Rusak Rawan Roboh !

CILINCING- Hal di Jalan Raya Cacing ( Perempatan Jalan Raya Tugu- Perempatan Tanah Merdeka) persisnya depan pool Kontainer TGI ) rusak parah dan nyaris roboh. Padahal keberadaan halte atau selter ini sebagai sarana untuk menunggu angkutan umum.

"Lihat saja mas! kondisinya seperti ini, kami tak berani memanfaatkannya takut roboh! ujar Etti 27, warga Kebon Baru, Semper Barat, Cilincing. Hal senada dikatakan Surip 36, warga Budi Dharma Semper Timur.Halte dilokasi itu sangat dibutuhkan warga terutama untuk menunggu angkot dan berteduh jika panas dan hujan. Akibat rusak dan nyaris roboh terpaksa penumpang menghindar.Padahal halte itu baru dibangun tahun 2010 lalu. Sementara sumber yang didapat dari Sudin Perhubungan Jakarta Utara halte tersebut rencananya akan dipindahkan mengingat lahannya segera dipakai untuk pelebaran jalan tol. Namun warga meminta kepada instansi terkait memberikan pengumuman atau peringatan agar penumpang tidak menggunakan halte tersebut (Bian)

Minggu, 17 Juli 2011

"Sangsi Tegas Hukuman Awak Sopir Yang Sembrono"

CILINCING- Kecelakaan yang kerap terjadi di Jalan Raya Cakung-Cilincing (Cacing) sangat memprihatinkan.Hampir tiap bulan korban kecelakaan berjatuhan di jalan itu. penyebabnya adalah akibat ulah sopir truk kontainer yang mengemudi tak patuh aturan lalulintas dan jalan rusak.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, menimpah keluarga Haerudin 37 dan Hasanah 35 yang ketiga nyawa anaknya tewas akibat kecelakaan oleh truk kontainer di Jalan Raya Cacing.  Dijelaskan Hasanah, keluarganya baru saja memperingati seratus hari anaknya yang baru saja meninggal karena kecelakaan lalulintas oleh truk kontainer.Dukapun dialami dimana kedua anaknya Rudiansyah 7 dan Ramdani juga meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas oleh truk kontainer di Jalan Raya Cacing.Pasangan suami istri inipun hanya bisa berserah diri dan duduk lemas menghadapi cobaan ini."Mau gimana lagi semua sudah terjadi, kini tinggal anak kami Tati yang saat ini baru saja melahirkan anak pertamanya, dialah pelipur lara kami" ujar Hasanah sambil meneteskan air mata dan tercatat  sebagai warga RT 3/6 Semper Barat, Cilincing.

Keluarga Haeruddin dan Hasanah merupakan salah satu korban kecelakaan tewas di Jalan Cacing dari puluhan korban tewas yang disebabkan jalan rusak dan sopir truk kontainer yang kerap ugal-ugalan. Masyarakat meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak tegas kepada awak sopir truk-truk kontainer yang menyebabkan banyak kematian. Tercatat sejak Januari -Maret 2011 lalu dari 61 kasus kecelakaan di Jalan itu korban meninggal dunia mencapai 34 orang. Jumlah tersebut belum termasuk korban tewas bulan April-Juli 2011 termasuk ketiga anak dari pasangan Haerudin dan Hasanah. "Kalau bisa berikan hukuman berat mas! jangan nanti habis nabrak orang sampai mati hukumannya cuma satu bulan lalu sikorban diberikan uang " ujar Herman Warga Semper Barat, Cilincing.

Sementara itu, Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiono Jalan Raya di Jakarta Utara rawan kecelakaan salah satunya Jalan Raya Cacing. Karena dilalui banyak kendaraan truk kontainer dari dan menuju ke pelabuhan Tanjung Priok."Kami berharap agar pembangunan Tol JORR segera berdiri supaya truk kontainer bisa langsung masuk jalan tol" ujarnya usai jumpa pers di kantor Walikota Jakarta Utara. (bian)