Senin, 04 Juli 2011

Tak Punya Biaya, Rela Anak Lulus SD Gagal Sekolah

MARUNDA- Lantaran tak punya biaya dan keterbatasan ekonomi, pasangan suami istri Wasta 40 dan Muminah 37 warga RT 3/1 Marunda, Cilincing terpaksa membatalkan niat anaknya untuk melanjutkan sekolah ke SMP.Padahal Pemda DKI Jakarta sudah mempunyai program 9 tahun wajib sekolah bagi anak-anak usia sekolah.

Dewi 12 tahun, siswa lulusan SDN 02 Marunda tahun 2011 ini tak mau lagi tinggal dirumahnya, lantaran malu karena teman-teman sebayanya tetap melanjutkan sekolah ke SMP.Kini Dewi mengungsi ke rumah neneknya di daerah Bojong, Bekasi Utara.

"Sejak lulus SD, ia memang keinginan untuk melanjutkan ke sekolah lagi, tapi apa daya mas! biaya untuk kebutuhan hidup sehari-hari sudah pas-pasan" ujar Muminah sambil meneteskan air matanya.



Dijelaskan, saat ini sang suamipun kesulitan untuk bisa melaut, terlebih lagi laut tempat untuk mencari nafkahnya sudah tercemar limbah. "Sekarang ini susah mas! untuk mendapatkan kepiting dan rajungan, apalagi laut sekarang banyak limbahnya" sahut Wasta. Penghasilan yang didapatinya dalam satu minggu hanya Rp 150 ribu. Itupun kalau lagi dapat banyak tangkapan.

"Kalau tak ada limbah tangkapanya bagus, namun hasilnya cuma bisa untuk makan dan menabung untuk bayar kontrakan rumah" kata Wasta. Penghasilan pas-pasan ini cuma untuk bayar kontrakan Rp 250 ribu/ bulannya, makan sehari-hari dan anak kedua Arjuna yang baru berusia 2 tahun.

"Sedih sih pak! kalau anak sampai tak bisa melanjutkan sekolah, apalagi si anak itu punya keinginan untuk melanjutkan" tuturnya.

Nasib serupa juga dialami Ani 47, warga RT 6/7 Marunda terpaksa tidak mampu lagi menyekolahkan anaknya lantaran tak punya biaya kebutuhan untuk pendidikan anaknya. Kini Dewi 13, hanya bisa sekolah sampai di kelas lima saja. "Habis mau gimana lagi mas! penghasilan pas-pasan, biaya kebutuhan sekolah seperti perlengkapan dan uang buku harus membayar. Sementara untuk makan saja kembang kempis" keluhnya.

Ani yang kesehariannya hanya pedagang makanan dan minuman di pantai Marunda dan suaminya Mursal 48 pengemudi ojek motor ini hanya bisa pasrah dan berharap agar ada solusi dari pemerintah. Hal senada disampaikan Minah 40, warga RT 7/7 Marunda lainnya. Dirinya tak mampu lagi untuk bisa menyekolahkan anaknya Kristina 12 tahun yang baru tamat SD tahun ini. Ibu beranak tiga ini pesimis karena melihat NEM anaknya hanya 16.20. besar kemungkinan tidak mendapatkan sekolah negeri.

Aslyik 49, Ketua Nelayan pesisir Al-Alam Marunda membenarkan banyaknya anak-anak dipesisir pantai Marunda putus sekolah lantaran orangtua mereka tak mampu lagi membiayai karena sekarang ini sulit bagi nelayan untuk mencari nafkah.

Begitupun dengan fasilitas pendidikan di kawasan pesisir, hanya ada sekolah negeri tingkat SD, namun untuk sekolah tingkat SLTP harus mencari ke wilayah lain atau ke Bekasi Utara. " rata-rata pendidikan anak-anak nelayan di sini hanya sampai di bangku SD,karena di pesisir tak ada SMP negeri. Kalaupun ada lokasinya jauh dan butuh biaya trasport mahal" ujarnya. (Bian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar